Apa Yang Diucapkan Ketika Menta'ziyahi Orang Terkena Musibah
Para
ulama memandang bolehnya melakukan ta'ziyah dengan lafadz (ucapan) apa saja yang bisa menyabarkan orang yg terkena musibah (yg berduka), menghentikan kesedihannya dan membawa mereka kpd sikap ridho terhadap ketentuan (taqdir) Allah Ta'ala selama lafadz tsb tidak bertentangan dgn syari'at.
[Lihat Al-Majmu'
5/278; Al-Adzkar An-Nawawiyah dgn Shohih kitab Al-Adzar
1/403; Al-Mughny 3/487;
Ahkam Al-Jana-iz
hal.206]
Dan jika dia mengetahui serta mengingat lafadz ta'ziyah yg pernah diucapkan oleh Nabi shalallahu`alayhi wasallam maka itu adalah lebih baik. Dantara lafadz ta'ziyah yg pernah diucapkan oleh Nabi shalallahu`alayhi wasallam adalah :
1. Perkataan Nabi shalallahu`alayhi wasallam ketika putrinya sedang mendekati mautnya :
"Innallaha maa akhadza wa lahu maa a`thaa wa kulla syai-in `indahu bi-ajalin
musammaa"
(Artinya
: Sesungguhnya kepunyaan Allah apa yg Dia ambil dan milik-Nya apa yg Dia beri dan segala sesuatu di sisi Allah memiliki waktu yg telah ditetapkan)
[Hadits shohih riwayat Bukhari-Muslim dari shahabat Usamah bin Zaid radhiyallahu`anhuma]
Berkata Al-Imam An-Nawawy dalam kitab Al-Adzkar (lihat kitab shohih Al-Adzkar 1/402) : "Dan hadits ini adalah sebaik-baik lafadz yg bisa digunakan untuk manta'ziyah".
Syaikh Al-Albani berkata :
dan shighoh (bentuk lafadz) ta'ziyah ini meskipun riwayatnya datang berhubungan dengan orang yg mendekati maut, akan tetapi melakukan ta'ziyah dengan lafadz tsb terhadap musibah kematian (yg sudah meninggal) lebih pantas berdasarkan apa y ditunjukkan oleh nash hadits (secara zhohir).
[Lihat Ahkamul Jana-iz hal.207]
2. Perkataan
Nabi shalallahu`alayhi wasallam ketika menemui Ummu Salamah radhayallahu`anha, setelah meninggalnya Abu Salamah beliau berkata (berdoa)
:
"Allahummaghfir li abiy salamata war fa` darajatahu fiil mahdiyyiina wakhlifhu fii `aqibihi fiil ghaabiriina waghfirlana wa lahu yaa rabbal `aalamiina wafsah lahu fii qabrihi wa nawwir lahu fiihi."
(Artinya :
Ya Allah ampunilah Abu Salamah dan angkatlah derajatnya ke dalam golongan orang-orang yg mendapat petunjuk dan jadikanlah pengganti di belakangnya dari kalangan orang-orang yg tinggal dan hidup dan ampunilah kami dan dia Wahai Rabb semesta alam serta lapangkan dan terangilah baginya didalam kuburnya)
[Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim no.920]
3.
Perkataan Nabi shalallahu`alayhi wasallam ketika menta'ziyah `Abdullah bin
Ja'far atas kematian bapaknya. Beliau mengucapkan sebanyak tiga kali : "Allahummakhluf ja'faran fii ahlihi wa baarik li `abdillahi fii shafqati yamiinihi"
(Artinya : Ya Allah berikanlah bagi Ja'far pada keluarganya dan berkahilah `Abdullah pada pekerjaan tangannya)
Berkata Syaikh Al-Albani : "Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad
no.1750 dgn sanad yg shohih berdasarkan syarat Imam Muslim,
dan dari jalannya(Muslim) Al-Hakim (3/298) meriwayatkan satu potong/penggalan dari hadits tsb"
[Lihat Ahkamul Jana-iz hal.209]
Selain itu sebagian ulama menyebutkan lafadz-lafadz yg bisa diucapkan ketika menta'ziyah seorang muslim atas kematian seorang muslim yg lainnya, yaitu :
"A`zhomallahu ajrakum
wa ahsana `azaa-akum warahimallahu mayyitakum"
(Artinya : Mudah-mudahan Allah memperbesar
pahala kalian dan membaguskan
kesabaran kalian
dan merahmati mayat kalian.)
Atau untuk bagian terakhir "wa ghafara mayyitakum"(dan mengampuni mayat kalian)
Lihat : Al-Majmu' (5/278),
Al-Mughny (3/486), Al-Inshof
(2/565)
Dan jika yg
dita'ziyah adalah seorang muslim atas mayatnya yg kafir, maka mereka (para ulama) menyebutkan bahwa doanya adalah : "A`zhomallahu ajrakum wa ahsana `azaa-akum"(Mudah-mudahn Allah
memperbesar pahala kalian
dan membaguskan kesabaran kalian) Tanpa menyebuitkan dia bagi mayat bahkan menahan diri dari doa bagi mayat
sebab doa dan permohonan ampun bagi orang kafir terlarang. Lihat :
Al-Mughny
3/487
----------------
disalin dari rubrik Fiqh, majalah Risalah Ilmiah An-Nashihah
vol.03
Th.I/1422 H/2001 M