Oleh: Zuhdi Amin, Lc.
KHUTBAH PERTAMA:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Ma'asyiRal Muslimin
Rahimakumullah
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Ta’ala atas segala karunia, hidayah dan berjuta kenikmatan tak terhingga yang telah Dia anugerahkan kepada kita semua.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Ta’ala atas segala karunia, hidayah dan berjuta kenikmatan tak terhingga yang telah Dia anugerahkan kepada kita semua.
Shalawat
dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang
mengikutnya hingga hari Kemudian.
Selanjutnya marilah kita meningkatkan takwa kita kepada
Allah SWT dengan sebenar-benar takwa, yakni dengan menjalankan segala perintahnya
dan menjauhi segala larangannya.
Kaum Muslimin a'azzakumullah
Di zaman yang
semakin dekat dengan hari akhir ini, kita menyaksikan suatu fenomena
memprihatinkan yang menimpa kaum Muslimin, yaitu sebuah kenyataan bahwa sangat
banyak di antara manusia yang mengaku beragama Islam namun tidak memahami
hakikat agama Islam yang dianutnya, bahkan tingkah laku keseharian mereka
sangatlah jauh dari nilai-nilai Islam itu sendiri.
Di antara bentuk
Riil kondisi sebagian kaum Muslimin yang sangat menyedihkan tersebut adalah
semakin banyaknya orang-orang Islam masa sekarang yang mulai meremehkan dan
menyia-nyiakan shalat, bahkan tidak sedikit dari mereka yang berani
meninggalkannya dengan sengaja dan terang-terangan. Padahal dalam agama Islam,
shalat memiliki kedudukan yang tidak bisa ditandingi Oleh ibadah lainnya. Hal
ini ditunjukkan dengan bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
menerima wahyu perintah shalat, yaitu dengan dimi'-Rajkan ke langit didampingi
malaikat jibril ‘Alaihis salam. Setelah beliau sampai di sidratul Muntaha,
Allah Ta’ala berbicara langsung kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Yang demikian itu menunjukkan bahwa betapa agung kedudukan ibadah shalat dalam
Islam, karena ia adalah tiang agama, di mana agama ini tidak akan tegak kecuali
dengannya. Dalam satu hadits shahih Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلاَمُ، وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ.
"pokok agama
adalah Islam (berserah diri), tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah
jihad di jalan Allah." (HR. At-tirmidzi no. 2616).
Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah
Shalat merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan setelah ikhlas dan tauhid, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
Shalat merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan setelah ikhlas dan tauhid, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
"Dan tidaklah
mereka disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepadanya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunai-kan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus."
(Al-Bay-yinah: 5).
Dan sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,
Dan sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللَّه ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوْا ذٰلِكَ، عَصَمُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الْإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّه.
"Aku telah diperintahkan untuk memerangi
manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, kemudian mendirikan shalat dan
menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan itu, maka darah dan harta mereka
terpelihara dariku kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka diserahkan
kepada Allah." (HR. Al-bukhari dan Muslim).
Shalat juga
merupakan amal pertama kali yang akan dihisab di hari Kiamat kelak, seperti
tersebut dalam hadits dari sahabat Abu hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ.
"Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari
amal seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka
ia telah berbahagia dan sukses, tetapi apabila shalatnya jelek, maka ia telah
celaka dan Rugi." (HR. At-tirmidzi, no. 413).
Di samping itu,
shalat adalah wasiat terakhir Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada
umatnya, sebagaimana telah diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha
bahwasanya ia berkata,
كَانَ مِنْ آخِرِ وَصِيَّةِ رَسُوْلِ اللَّه الصَّلاَةَ الصَّلاَةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ.
"Wasiat
terakhir Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah, 'kerjakanlah shalat,
kerjakanlah shalat, dan tunaikanlah kewajiban kalian terhadap budak-budak yang
kalian miliki." (HR. Ahmad, no. 25944).
Hadirin yang dirahmati Allah
Inilah gambaran agungnya kedudukan ibadah shalat dalam agama Islam yang kita anut, sehingga al-qur`an dan as-Sunnah yang shahih telah memberikan ancaman keras bagi orang yang meninggalkan shalat. Dalam surat al-muddatstsir ayat 42-43 Allah Ta’ala berfirman,
Inilah gambaran agungnya kedudukan ibadah shalat dalam agama Islam yang kita anut, sehingga al-qur`an dan as-Sunnah yang shahih telah memberikan ancaman keras bagi orang yang meninggalkan shalat. Dalam surat al-muddatstsir ayat 42-43 Allah Ta’ala berfirman,
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ. قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam saqar
(neraka)?" mereka menjawab, "Kami dahulu (di dunia) tidak termasuk
orang-orang yang mengerjakan shalat."
Adapun di dalam as-Sunnah disebutkan bahwa orang yang meninggalkan shalat diancam akan dikumpulkan bersama qarun, fir'aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Adapun di dalam as-Sunnah disebutkan bahwa orang yang meninggalkan shalat diancam akan dikumpulkan bersama qarun, fir'aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوْرًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُوْرٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ، وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُوْنَ، وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ.
"barangsiapa
yang menjaganya (shalat fardhu) maka pada hari Kiamat dia akan memperoleh
cahaya, bukti nyata (yang akan membelanya), dan keselamatan. Dan barangsiapa
yang tidak menjaganya, maka dia tidak memiliki cahaya, bukti nyata (yang akan
membelanya), dan keselamatan, serta pada hari Kiamat dia akan (dikumpulkan)
bersama qarun, fir'aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf." (HR. Ahmad, no. 6540
dan ad-darimi, no. 2721, Shahih Ibnu Hibban, no.1476. Syu'aib al-arna'uth
mengatakan 'Isnadnya shahih.' Didhaifkan Oleh al-Albani di dalam Dhaif al-Jami'
no. 2851).
Jama'ah Jum'at Hafizhakumullah
Lantas, apa hukum orang yang meninggalkan shalat?
Lantas, apa hukum orang yang meninggalkan shalat?
Seluruh ulama umat
Islam sepakat bahwa orang yang meninggalkan shalat karena mengingkari
kewajibannya adalah kafir. Namun kemudian mereka berbeda pendapat tentang orang
yang mening-galkan shalat tanpa mengingkari kewajibannya. Di antara mereka ada
yang berpendapat bahwa ia telah kafir dan keluar dari Islam. Sementara yang
lain menyatakan bahwa hukumnya masih berada di bawah kesyirikan dan kekafiran.
Para ulama juga
berbeda pendapat tentang hukuman yang layak bagi orang yang meninggalkan
shalat. Sebagian mereka ber-pendapat bahwa hukumannya adalah didera dan
dipenjara, sedang-kan yang lain mengatakan bahwa ia harus dibunuh sebagai hukum
had baginya, bukan karena murtad.
Akan tetapi
jama'ah sekalian, terlepas dari perbedaan penda-pat para ulama tentang hukum
dan hukuman bagi orang yang me-ninggalkan shalat dengan sengaja, hendaknya
seorang Muslim merasa takut apabila keislamannya diperdebatkan Oleh para ulama
dengan sebab meninggalkan shalat. Meski seharusnya sudah cukup bagi kita untuk
merasa takut untuk meninggalkan shalat dikarenakan ancaman yang begitu keras
dari Allah Ta’ala maupun dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga
Ibnul Qayyim 5 berkata, "orang yang meninggalkan shalat telah berbuat dosa
besar yang paling besar, lebih besar dosanya di sisi Allah daripada membunuh
jiwa dan mengambil harta orang lain. Lebih besar dosanya daripada berzina,
mencuri dan minum khamar. Orang yang meninggalkan shalat akan mendapatkan
hukuman dan kemurkaan Allah di dunia dan di akhirat." (Lihat Kitab
Ash-Shalah wa Hukmu tarikiha hal. 9, karya Ibnul Qayyim).
Shalat adalah
kebutuhan batin seorang hamba, layaknya makan dan minum sebagai kebutuhan
lahirnya. Sehari saja manusia tidak makan, maka badannya akan terasa lemas dan
tidak berdaya. Makan adalah hajat manusia dan penopang kesehatan badannya.
Kebutuhan jasmani terhadap makanan harus dipenuhi, sebagaimana kesehatan rohani
juga harus dipenuhi. Kebutuhan hati kita harus dipenuhi dengan banyak berdzikir
kepada Allah Ta’ala, dan di antaranya adalah dengan mengerjakan shalat.
Hadirin Rahimakumullah
perhatikanlah orang-orang yang tidak shalat! Hidupnya tidak mengalami ketenangan, meskipun secara lahiriyah hidupnya kaya Raya dan mempunyai harta yang berlimpah, namun mereka sama sekali tidak mengalami ketenangan dan tidak juga kenyamanan. Berbeda dengan orang yang shalat, ia merasa tenang dan bahagia. Melaksanakan shalat dapat menenangkan hati, karena di dalam shalat mengandung dzikrullah (mengingat Allah) dan itu membawa kepada ketenangan batin, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
perhatikanlah orang-orang yang tidak shalat! Hidupnya tidak mengalami ketenangan, meskipun secara lahiriyah hidupnya kaya Raya dan mempunyai harta yang berlimpah, namun mereka sama sekali tidak mengalami ketenangan dan tidak juga kenyamanan. Berbeda dengan orang yang shalat, ia merasa tenang dan bahagia. Melaksanakan shalat dapat menenangkan hati, karena di dalam shalat mengandung dzikrullah (mengingat Allah) dan itu membawa kepada ketenangan batin, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"Ketahuilah,
hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang." (AR-Ra'd: 28).
Jiwa orang yang
melakukan shalat akan mengalami ketenangan dan akan mendapatkan thuma'ninah
dalam hidup. Berbeda dengan orang yang enggan shalat. Hidupnya mengalami
was-was, tidak tenang, ketakutan, dan selalu diganggu Oleh setan.
Tunaikanlah shalat
karena ajal begitu dekat. Laksanakanlah perintahnya selagi amal masih dicatat.
Segeralah bertaubat sebelum pintunya tertutup Rapat. Jadilah hamba yang taat
demi meraih surganya yang penuh dengan nikmat.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
KHUTBAH KEDUA :
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Ma'asyiRal Muslimin Rahimakumullah
Jika meninggalkan shalat memang perkara yang boleh disepelekan atau ditolerir, niscaya orang yang sedang sakit tidak akan diperintahkan untuk mengerjakannya. Logika manakah yang membenarkan diperbolehkannya meninggalkan shalat bagi orang yang sehat, sementara orang yang sakit saja tetap diwajibkan untuk mengerjakannya? Ini menunjukkan bahwa orang yang meninggalkan shalat cenderung menuruti hawa nafsunya, mengikuti keinginan syahwat, serta mengabaikan jalan yang lurus dan sesuai dengan logika akal manusia.
Bagaimana pun keadaan yang kita alami,
maka shalat tetap wajib kita lakukan, baik ketika sehat ataupun sedang sakit,
dalam keadaan safar maupun bermukim. Shalat wajib yang lima waktu harus tetap dikerjakan, bagaimana
pun kondisi kita.
Oleh sebab itu hadirin sekalian, dalam
khutbah yang singkat ini khatib ingin menasihati khatib pribadi dan jama'ah
sekalian, janganlah sekali-kali kita meremehkan shalat apalagi
meninggal-kannya. Jadilah kita
termasuk hamba-hamba Allah yang selalu menjaga shalat, karena kita tidak tahu
berapa umur kita yang ter-sisa. Berapa pun panjangnya usia kita, namun kita
meyakini bahwa kita pasti akan meninggalkan dunia yang fana ini. Dan setiap
orang yang mengadakan perjalanan pasti membutuhkan bekal. Sementara perjalanan
yang satu ini adalah perjalanan yang sangat panjang dan tidak akan kembali
lagi. Barangsiapa yang dalam perjalanan tersebut tidak memiliki bekal, maka ia
berarti telah menderita ke-Rugian yang tak akan tergantikan dan tidak ada
bandingannya. Bagaimana seseorang selalu lalai, sementara usianya berlalu
bagaikan awan yang berarak di angkasa. Tiba-tiba saat ia dipanggil untuk
memenuhi janji yang tidak dapat ditunda-tunda (kematian), maka ia pun kemudian
mencari bekal, hanya saja yang ia dapati hanya-lah tanah, sementara ia tidak
mendapatkan orang yang dapat me-nyelamatkannya atau menolongnya, wal'iyadzu billah.
Mudah-mudahan
Allah memberikan kita petunjuk untuk melaksanakan shalat yang lima waktu dan
melaksanakan kebaikan sesuai dengan syariat. Mudah-mudahan Allah menjadikan
hari-hari kita penuh dengan amal shalih yang akan membawa kita kepada
kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan di akhirat. Mudah-mudahan Allah
senantiasa memberikan hidayah pada segala urusan kita, dan memberikan petunjuk
kepada kita semua dalam menapaki jalannya yang lurus, jalan orang-orang yang
Allah berikan nikmat kepada mereka, jalan para nabi, orang-orang yang jujur, dan
para syuhada, serta orang-orang yang shalih, bukan jalan orang-orang yang
dimurkai dan bukan jalan orang-orang yang tersesat.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَِينَ
(Dikutib
dari Buku Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi ke-2, darul Haq
jakarta).