Landasan
Silsilah asal kata " Bahasa Arab ", yang memiliki pengertian 'Sejarah Keturunan, Daftar asal-usul, terutama asal-usul raja-raja, Menelusuri Silsilah, menelusuri asal-usul seseorang dari daftar keturunan nenek moyangnya seperti " Sejarah Silsilah Kutai, Sejarah Sultanat Kutai" (Kamus Bahasa Indonesia, Prof. Dr. J.S. Badudu-Prof.Sutan Mohamad Zain, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1994).
Estimasi tentang Silsilah
Pemahaman atau penilaian berkaitan dengan "Silsilah", ternyata dari berbagai tulisan yang diterbitkan melalui Media Cetak dan Media elektronik, bahwa dalam pengungkapan atau alur penelusuran tentang asal-usul keturunan seseorang sangat sulit, hal ini disebabkan dari sumber yang didapat memunculkan pendapat yang berbeda-beda, sehingga dari berbagai versi mengenai silsilah bisa menimbulkan hal yang kontroversi, tetapi untuk sekedar kolektivitas referensi, sumber tersebut bisa dijadikan bahan perbandingan dalam ilmu pengetahuan, dan hal tersebut tidak perlu diperdebatkan, karena dari berbagai sumber itu didapat yang kadang hanya dari informasi sambung menyambung ( tatalepa, red. basa sunda) dari yang satu yang lainnya, adapun kejelasan informasi secara legalitas secara lengkap dimiliki oleh pewaris silsilah yang turun temurun, dari ayah/ibu, kemudian kakek/nenek, buyutnya, janggal wareng, udeg-udeg, jantung siwur (istilah orang sunda) dan kesananya lebih jauh mungkin akan lebih lengkap dan ilmiah.
Yang jelas, informasi yang telah didapat oleh beberapa peneliti, penulis hal itu merupakan jalan yang terang untuk menelusuri jejak-jejak yang hilang. Karena bagaimanapun seseorang yang lahir ke muka bumi ini, tak mungkin muncul dari belahan batu atau muncul dari tanah dengan tiba-tiba, kecuali hal itu atas kekuasaan Allah. Dan wajarlah apabila seseorang untuk mendapatkan silsilah itu, karena semua berpendapat mereka ingin tahu nenek moyangnya itu siapa, dari mana, keturunan ningratkah atau dari kerajaan mana, yang tentunya baik berkaitan silsilah kerajaan, silsilah nabi, silsilah kesultanan perlu diteliti dan dipelajari.
Dibawah ini ada beberapa silsilah kerajaan Sunda yang berkuasa di pulau jawa antara lain :
Raja-raja Kerajaan Sunda-Galuh
Di bawah ini deretan raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Sunda menurut naskah Pangéran Wangsakerta (waktu berkuasa dalam tahun Masehi):
o Tarusbawa (menantu Linggawarman, 669 - 723)
o Harisdarma, atawa Sanjaya (menantu Tarusbawa, 723 - 732)
o Tamperan Barmawijaya (732 - 739)
o Rakeyan Banga (739 - 766)
o Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 - 783)
o Prabu Gilingwesi (menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang, 783 - 795)
o Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi, 795 - 819)
o Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 - 891)
o Prabu Darmaraksa (adik ipar Rakeyan Wuwus, 891 - 895)
o Windusakti Prabu Déwageng (895 - 913)
o Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 - 916)
o Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading, 916 - 942)
o Atmayadarma Hariwangsa (942 - 954)
o Limbur Kancana (putera Rakeyan Kamuning Gading, 954 - 964)
o Munding Ganawirya (964 - 973)
o Rakeyan Wulung Gadung (973 - 989)
o Brajawisésa (989 - 1012)
o Déwa Sanghyang (1012 - 1019)
o Sanghyang Ageng (1019 - 1030)
o Sri Jayabupati (Detya Maharaja, 1030 - 1042)
o Darmaraja (Sang Mokténg Winduraja, 1042 - 1065)
o Langlangbumi (Sang Mokténg Kerta, 1065 - 1155)
o Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur (1155 - 1157)
o Darmakusuma (Sang Mokténg Winduraja, 1157 - 1175)
o Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu (1175 - 1297)
o Ragasuci (Sang Mokténg Taman, 1297 - 1303)
o Citraganda (Sang Mokténg Tanjung, 1303 - 1311)
o Prabu Linggadéwata (1311-1333)
o Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340)
o Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350)
o Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (yang gugur dalam Perang Bubat, 1350-1357)
o Prabu Bunisora (1357-1371)
o Prabu Niskalawastukancana (1371-1475)
o Prabu Susuktunggal (1475-1482)
o Jayadéwata (Sri Baduga Maharaja, 1482-1521)
o Prabu Surawisésa (1521-1535)
o Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543)
o Prabu Sakti (1543-1551)
o Prabu Nilakéndra (1551-1567)
o Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579)
Daftar raja Pajajaran
- Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), bertahta di Pakuan (Bogor sekarang)
- Surawisesa (1521 – 1535), bertahta di Pakuan
- Ratu Dewata (1535 – 1543), bertahta di Pakuan
- Ratu Sakti (1543 – 1551), bertahta di Pakuan
- Ratu Nilakendra (1551-1567), meninggalkan Pakuan karena serangan Hasanudin dan anaknya, Maulana Yusuf
- Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah dari Pandeglang
Raja-raja Kerajaan Sumedang Larang
- Prabu Guru Aji Putih 900
- Prabu Agung Resi Cakrabuana / Prabu Taji Malela 950
- Prabu Gajah Agung 980
- Sunan Guling 1000
- Sunan Tuakan 1200
- Nyi Mas Ratu Patuakan 1450
- Ratu Pucuk Umun / Nyi Mas Ratu Dewi Inten Dewata 1530 - 1578
- Prabu Geusan Ulun / Pangeran Angkawijaya 1578 - 1601
Nama Bupati Wedana Masa Pemerintahan Mataram II
- R. Suriadiwangsa / Pangeran Rangga Gempol I 1601 - 1625
- Pangeran Rangga Gede 1625 - 1633
- Pangeran Rangga Gempol II 1633 - 1656
- Pangeran Panembahan / Pangeran Rangga Gempol III 1656 - 1706
- Nama Bupati Wedana Masa Pemerintahan VOC, Inggris, Belanda dan Jepang
- Dalem Tumenggung Tanumaja 1706 - 1709
- Pangeran Karuhun 1709 - 1744
- Dalem Istri Rajaningrat 1744 - 1759
- Dalem Anom 1759 - 1761
- Dalem Adipati Surianagara 1761 - 1765
- Dalem Adipati Surialaga 1765 - 1773
- Dalem Adipati Tanubaja (Parakan Muncang) 1773 - 1775
- Dalem Adipati Patrakusumah (Parakan Muncang) 1775 - 1789
- Dalem Aria Sacapati 1789 - 1791
- Pangeran Kornel / Pangeran Kusumahdinata 1791 - 1800
- Bupati Republik Batavia Nederland 1800 - 1810
- Bupati Kerajaan Nederland, dibawah Lodewijk, Adik Napoleon Bonaparte 1805 - 1810
- Bupati Kerajaan Nederland, dibawah Kaisar Napoleon Bonaparte 1810 - 1811
- Bupati Masa Pemerintahan Inggris 1811 - 1815
Bupati Kerajaan Nederland 1815 - 1828
- Dalem Adipati Kusumahyuda / Dalem Ageung 1828 - 1833
- Dalem Adipati Kusumahdinata / Dalem Alit 1833 - 1834
- Dalem Tumenggung Suriadilaga / Dalem Sindangraja 1834 - 1836
- Pangeran Suria Kusumah Adinata / Pangeran Soegih 1836 - 1882
- Pangeran Aria Suria Atmaja / Pangeran Mekkah 1882 - 1919
- Dalem Adipati Aria Kusumahdilaga / Dalem Bintang 1919 - 1937
- Dalem Tumenggung Aria Suria Kusumah Adinata / Dalem Aria Sumantri 1937 - 1942
- Bupati Masa Pemerintahan Jepang 1942 - 1945
- Bupati Masa Peralihan Republik Indonesia 1945 - 1946
- Bupati Masa Pemerintahan Republik Indonesia
- Raden Hasan Suria Sacakusumah 1946 - 1947
- Bupati Masa Pemerintahan Belanda / Indonesia
- Raden Tumenggung M. Singer 1947 - 1949
- Bupati Masa Pemerintahan Negara Pasundan
- Raden Hasan Suria Sacakusumah 1949 - 1950
- Bupati Masa Pemerintahan Republik Indonesia
- Radi (Sentral Organisasi Buruh Republik Indonesia) 1950
- Raden Abdurachman Kartadipura 1950 - 1951
- Sulaeman Suwita Kusumah 1951 - 1958
- Antan Sastradipura 1958 - 1960
- Muhammad Hafil 1960 - 1966
- Adang Kartaman 1966 - 1970
- Drs. Supian Iskandar 1970 - 1972
- Drs. Supian Iskandar 1972 - 1977
- Drs. Kustandi Abdurahman 1977 - 1983
- Drs. Sutarja 1983 - 1988
- Drs. Sutarja 1988 - 1993
- Drs. H. Moch. Husein Jachja Saputra 1993 - 1998
- Drs. H. Misbach 1998 - 2003
- H. Don Murdono,SH. Msi 2003 - 2008
- H. Don Murdono,SH. Msi
Rujukan
- Aca. 1968. Carita Parahiyangan: naskah titilar karuhun urang Sunda abad ka-16 Maséhi. Yayasan Kabudayaan Nusalarang, Bandung.
- Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" dari Cirebon. Pustaka Jaya, Jakarta.
- Edi S. Ekajati. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Pustaka Jaya, Jakarta. ISBN 979-419-329-1
- Guillot, Claude, Lukman Nurhakim, Sonny Wibisono, "La principauté de Banten Girang" ("Kerajaan Banten Girang"), Archipel, Tahun 1995, Volume 50, No. 50, halaman 13-24
Yoséph Iskandar. 1997. Sejarah Jawa Barat: yuganing rajakawasa. Geger Sunten, Bandung.
- Wikipedia search